Kunjungan Survey Savemillions ke Wisma Manula Dorkas 13 April 2016
Kunjungan Survey Savemillions ke Wisma Manula Dorkas 13 April 2016
Kunjungan kedua Savemillions pada hari Rabu, 13 April 2016 yaitu ke Wisma Manula Dorkas. Dari pusat kota Cimahi, pilih jalan ke Sangkuriang, lokasi terletak di Jl. Somawinata 5 desa Tani Mulya Cimahi. Ada sebuah papan nama berdiri tinggi sekitar empat meter di samping kiri jalan yang membuat siapapun tidak akan melewati lokasi dan tersesat jauh melewati tempat ini.
Foto 1: Papan nama Wisma Manula Dorkas di samping kanan gerbang.
Savemillions tiba di lokasi sekitar pulul 12.45 Wib. Setelah sampai di depan gerbang, ada beberapa karyawan wisma yang menyambut dengan ramah dan mengantarkan Savemillions untuk langsung bertemu dengan pelaksana harian Wisma Manula Dorkas yang selalu stay di kantor. Jalan menuju ke kantor sangat sejuk karena keteduhan pepohonan di pinggiran jalan aspal sebagai jalan masuk keluar satu-satunya. Udara terasa sejuk tidak terpolusi oleh asap kendaraan bermotor karena pepohonon yang banyak tersebut berfungsi sebagai paru-paru Wisma Manula Dorkas. Sepasang mata menjadi segar melihat hijaunya daun pepohonan dan tumbuh-tumbuhan terawat menambah kenyamanan. Di sinilah suasana alami bisa ditemukan di usia senja para manula.
Foto 2: Pdt. Drs. Urip Pramono, S.Th, Pimpinan Wisma Manula Dokas
Setelah menyusuri kesejukan jalan kompleks Wisma, di samping kiri jalan tepat di gedung utama berdiri seorang bapak yang raut wajahnya penuh tanya siapakah gerangan yang datang, karena tampak baginya tamunya kali ini bukanlah manula. Beliau inilah yang menyambut kunjungan Savemillions dan menceritakan banyak mengenai Wisma Manula Dorkas dengan sabar dan senyum ramah, menemani berkeliling ke semua ruang yang ada, juga semua tempat di area Wisma.
Diseberang jalan gedung utama di mana Savemillions berbincang-bincang dengan Pdt. Urip Pramono, ada sebuah gedung Wisma khusus diperuntukkan kepada para manula yang sudah tidak bisa lagi melayani diri mereka sendiri. Mereka semuanya sudah berusia lanjut dan yang tertua sudah berumur 95 tahun. Wisma pasif diberikan nama seperti sebuah kolam tempat orang-orang sakit, orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh di zaman Yesus berkumpul menantikan air kolam bergoncang dan mukjizat kesembuhan terjadi, di mana Yesus pernah menyembuhkan seorang yang lumpuh selama tiga puluh delapan tahun lamanya.
Foto 3: Wisma Bethesda atau gedung pasif tampak dari bagian kiri depan.
Foto 4: Wisma Bethesda atau gedung pasif tampak dari bagian kanan depan.
Wisma Bethesda atau wisma pasif ini tidak didesain terdiri dari kamar-kamar, namun merupakan sebuah gedung beruangan luas tanpa pembatas atau sekat dimana ada ranjang-ranjang pembaringan bagi para manula pasif yang hanya dibatasi dengan tirai-tirai di antara satu ranjang dengan ranjang lainnya. Ada beberapa perawat wanita yang diberikan tugas untuk melayani para manula pasif ini.
Foto 5: Wisma Bethesda atau gedung pasif tampak dari bagian tengah depan.
Foto 6: Jalan masuk keluar Wisma Manula yang diteduhkan oleh pepohonan rindang.
Jalan masuk keluar Wisma Manula sangat sejuk, di sebelah kiri seperti yang terlihat pada foto 6, dekat gerbang ada beberapa kamar yang dibuat khusus untuk tempat tinggal para karyawan.
Foto 7: Deretan kamar di Wisma Aktif.
Wisma aktif adalah tempat tinggal dari para manula “opa dan oma” yang walaupun usianya sudah lanjut, namun mereka masih mampu melayani diri sendiri. Usia termuda dari para manula yang tinggal di sini berumur 65 tahun. Jasa pelayanan lain yang disediakan oleh Wisma Manula dan tidak dikerjakan sendiri oleh manula adalah laundry, setrika, makanan dan minuman, menjaga kesehatan jasmani maupun rohani.
Foto 8: Ruang makan dan tempat ibadah untuk para manula.
Wisma Manula aktif memiliki sebuah ruang makan yang sangat luas, ruang ini juga berfungsi sebagai tempat ibadah bagi mereka, di mana mereka biasanya berkumpul layaknya sebuah keluarga besar pada saat menikmati jamuan makan dan pada saat beribadah. Tampak juga beberapa alat musik yang menunjukkan bahwa ada aktivitas berlatih dan bermain musik di tempat ini.
Foto 9: Ruang sosial Wisma aktif.
Di dekat ruang makan yang juga berfungsi sebagai tempat ibadah terdapat sebuah ruang sosial untuk para manula berkumpul. sangat luas, karena tersambung dengan lainnya tanpa disekat.
Foto 10: Seorang oma Wisma aktif, tersenyum lebar ketika difoto oleh Savemillions.
Foto. 11: Oma-oma Wisma aktif sedang menjahit.
Walaupun para manula ini tidak bersama-sama dengan keluarganya, namun suasana kekeluargaan ditemukan di Wisma ini. Mereka tampak jauh dari stress, mereka sehat secara jasmani dan rohani walaupun sudah berusia lanjut. Hati yang penuh dengan kegembiraan terpancar dari raut wajah, tidak ada yang merasa risih atau terganggu ketika menyadari bahwa Savemillions datang berkunjung sebagai tamu dan sedang memperhatikan setiap aktivitas mandiri yang sedang mereka lakukan.
Foto 12: Dokumentasi para opa dan oma Wisma Manula Dorkas dari majalah dinding.
Para manula memiliki keluarga di Bandung bahkan beberapa di antaranya ada di luar negeri. Pengurus sendiri mengharapkan supaya keluarga yang menitipkan orangtuanya selalu siap dan mau berkomunikasi, sehingga ketika ada kejadian tertentu yang dialami oleh orangtuanya sehubungan dengan kesehatan mereka, bisa segera ditindaklanjuti dengan sepengetahuan dari penanggung jawab yang memasukkan atau pihak keluarga.
Sebagian besar para manula ini berasal dari keluarga ekonomi berkecukupan yang membiayai dan bertanggung jawab atas mereka. Namun, menurut penuturan Pdt. Urip Pramono, pernah ada kejadian seorang oma yang meninggal dan sampai pada pemakaman pihak keluarga bahkan anaknya sendiri meninggalkan hutang yang tidak dibayar olehnya, meskipun adalah seorang yang kaya. Inilah salah satu masalah yang pernah dihadapi oleh Wisma Manula Dorkas, sebab pembiayaan dan sebagainya dilimpahkan padanya.
Foto 13: Oma-oma Wisma aktif sedang beraktivitas berdua.
Foto 14: Veranda kamar wisma aktif yang tampak bersih.
Foto 15: Ruang sosial dua wisma aktif.
Foto 16: Bagian belakang dari wisma mandiri, tepat di belakang ruang sosial dua.
Pada bagian belakang dari ruang sosial dua ada veranda yang tidak difungsikan sebagai tempat duduk para manula, dari sini ada sebuah jalan dimana mereka yang melewatinya tidak basah oleh hujan dan dapat langsung terhubung dengan gedung gisi.
Foto 17: Gedung Gisi, tempat persediaan makanan dan memasak.
Wisma Manula Dorkas selain memiliki gedung wisma Bethesda (pasif) dan wisma aktif, ada sebuah gedung yang dibangun secara terpisah dari yang lainnya, yaitu gedung gisi. Di gedung inilah persediaan makanan untuk para penghuni wisma disediakan dan diolah/
dimasak oleh para juru masak.
Foto 18: Gasebo, tempat bersantai para opa dan oma Wisma Manula Dorkas.
Ada sebuah gasebo dibangun di bagian belakang wisma, dilengkapi dengan beberapa meja. Sangat nyaman untuk bersantai karena di sekelilingnya masih dibiarkan tumbuh banyak pepohonan hijau alami, penyejuk halaman wisma, ada banyak tanaman hias yang menghiasi taman. Apabila memandang ke sekeliling maka mata pun akan menjadi segar. Menurut penuturan dari Pdt. Urip Pramono, gasebo ini merupakan donasi seorang tamu yang datang dari Australia. Tamu tersebut memberikan sumbangan untuk pembuatan gasebo dan sebuah kolam ikan mengelilingi sebagian bangunan gasebo yang didirikan di atasnya.
Foto 19: Kolam ikan di sekeliling atau di bagian bawah gasebo wisma Manula Dorkas.
Foto 20: Jembatan penghubung ke gasebo yang berada di atas kolam ikan.
Foto 21: Lahan Wisma Manula Dorkas yang penuh dengan pepohonan alami.
Menurut keterangan yang diberikan oleh Pdt. Urip Pramono, Wisma Manula Dorkas dibangun di atas tanah seluas 10.000 M2 oleh seorang pendeta emiritus GKI. Pada saat itu harga tanah masih murah, tuturnya, Sekitar Rp. 7.500,-/ M2, dengan tawa khasnya beliau melanjutkan, saat ini harga tanah sudah mahal, untuk tanah seperti ini sekarang sudah dikisaran 2.5 jutaan rupiah/ M2.
Jalan setapak sebagaimana terlihat pada foto 21 inilah yang merupakan jalan keluar dari gasebo menuju ke wisma pasif. Namun sebelumnya Savemillions harus melewati area kebun jagung dimana di dekatnya juga ada beberapa kandang ternak ayam.
Foto 22: Pemandangan dari gasebo, ada jalan setapak yang diberikan pagar di kiri – kanannya.
Foto 23: Kebun jagung dan ternak ayam.
Di atas tanah yang luas ini juga diusahakan sebuah kebun jagung dan dibuat beberapa buah kandang untuk beternak ayam. Bukan hanya area gedung yang nyaman dan bersih, Savemillions ketika ditemani oleh Pdt. Urip Pramono menyaksikan sendiri betapa nyaman dan sangat bersih halamannya. Ini tentunya karena kinerja para karyawan Yayasan Kristen Wisma Manula Dorkas yang sangat baik tentunya, dimana mereka telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sebagaimana instruksi dari pimpinan Wisma Manula Dorkas.
Foto 24: Jalan dari gasebo menuju wisma aktif.
Setelah berkeliling, membuat cukup dokumentasi dan diceritakan banyak hal oleh Pdt. Urip Pramono, karena hari sudah sore, langit mulai hitam dan hujan yang akan turun sudah tidak bisa dihindari lagi, akhirnya Savemillions berpamitan untuk kembali ke Jl. Komodor Udara Supadio No. 17. Demikian hasil survey kunjungan Savemillions. – (Savemillions)